Title : The Blood
“Itu
seperti suara mommy.” Kataku dengan logat baru bangun tidur. Aku merasa ada
sesuatu yang terjadi, dan akhirnya aku berniat untuk menghampiri kamar orang
tuaku. Dengan langkah perlahan aku turun dari kasurku dan berjalan menuju kamar
orang tuaku. Sesampainya didepan kamar
orang tuaku, aku merasa gugup untuk membukanya. Aku membukanya secara perlahan,
setelah aku masuk ke kamar orang tuaku aku merasa syok karena orang tuaku sudah
tergeletak penuh darah di atas tempat tidurnya. Pasokkan udaraku terasa semakin
menipis, aku merasa sesak napas. Rasa sakit menjalar keseluruh tubuhku, sesaat
setelah itu aku tidak melihat apa-apa lagi.
Jika ada yang ingin mendownload cerpen ini, silahkan klik link dibawah ini
"The Blood (Cerpen)"
Cast : - Albert WIlliam
- Elsa William
- Kenzo William
- Renzo William
Pada
malam yang hanya disinari cahaya bulan, keluarga William pindah ke kediaman
barunya di salah satu rumah yang berada di New York, Amerika Serikat. Rumah
yang minimalis namun terkesan mewah dan cukup untuk ditempati oleh keluarganya
yang beranggotakan empat orang. Albert
William dan Elsa William mempunyai dua anak laki-laki kembar bernama Kenzo
William dan Renzo William. Saat ini kedua anaknya masih berumur lima tahun.
Keluarga William adalah keluarga yang harmonis, namun keharmonisan tersebut
hanya dirasakan sementara oleh Kenzo. Itu semua berawal ketika Ken memasuki
tingkat kelima di sekolah dasar.
***
Ketika mentari mulai muncul dari
persembunyiannya, keluarga William melakukan kegiatan rutin seperti biasanya.
Mereka mengawalinya dengan sarapan pagi di ruang makan.
“Ren, saat disekolah
nanti kamu jangan terlalu lelah ya, dan juga jangan membeli makanan
sembarangan. Ini, mom telah membuatkan bekal untukmu.” Kata ibunya, Elsa
William.
“Oke, mom. Terima kasih banyak.” Jawab Renzo.
“Bekal untukku mana, mom?” Tanya Kenzo dengan wajah yang
iri.
“Sudah, nanti kamu membeli makanan di kantin sekolah saja.
Maaf ya, mom lupa membuatkan bekal untukmu.” Kata ibunya dengan wajah yang
sedikit gugup.
“Yasudah, ini uang untuk kamu jajan. Nanti pulangnya kalian
naik bus saja. Ayo kita bergegas untuk berangkat.” Kata ayahnya sambil
memberikan uang saku kepada Kenzo.
Kenzo yang merasa iri hanya menerima uangnya dan memasang
wajah masam selama perjalanan ke sekolah. Sejak saat itu Kenzo mulai menyimpan
rasa kesal kepada perlakuan ibunya yang pilih kasih.
Disekolah Kenzo adalah murid yang sangat cerdas, tetapi dia
memang kurang pergaulan dan buruk dalam bersosialisasi. Sangat berbeda dengan
Renzo yang mempunyai banyak teman, namun Renzo memang kurang baik dalam
pelajaran. Karena itu, Kenzo sering mengajarkan pelajaran yang tidak dimengerti
oleh Renzo. Mereka berdua memang sangatlah akur, dan Kenzo amat sangat sayang
kepada Renzo. Akan tetapi semenjak ibu mereka pilih kasih, Kenzo berubah dan merasa
sedikit canggung kepada Renzo.
***
Hari –hari pun berlalu, namun sikap Ibunya yang pilih kasih
pun belum kunjung berubah, hal itu pun membuat Kenzo semakin iri kepada sang
kembarannya, Renzo.
Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Kenzo dan Renzo,
karena mereka akan mengambil rapot kenaikan kelas. Kebetulan Kenzo dan Renzo
satu kelas, jadi sang Ibu yang datang pun bisa sekaligus mengambil rapot kedua
anaknya. Kenzo mendapatkan peringkat tertinggi dikelasnya, sedangkan Renzo sama
sekali tidak masuk dalam peringkat sepuluh besar.
“Mom, aku mendapatkan peringkat tertinggi dikelasku,
bagaimana menurutmu?” Tanya Kenzo dengan wajah gembira.
“Oh, selamat ya, Ken.” Jawab Ibunya cuek. Kenzo pun sangat sedih mendapatkan
respon yang sangat berbeda dengan apa yang diharapkannya.
“Oh ya dimana Renzo?” Tanya ibunya dengan nada khawatir
karena Renzo belum kunjung menghampirinya. Tak lama kemudian, Renzo pun datang
dengan wajah sedihnya.
“Mom, maafkan aku karena aku tidak masuk dalam peringkat
sepuluh besar,dan maafkan aku karena telah mengecewakanmu.” Kata Renzo dengan
memelas, tetapi Ibunya tersenyum memaklumi.
“Iya tak apa, Ren. Dalam belajar, hal itu sudah wajar
terjadi, pasti ada peningkatan dan penurunan. Kamu sudah berusaha semampumu,
yang penting jangan pernah menyerah.” Kata sang Ibu seraya memeluk Renzo. Kenzo
pun sangat geram melihat perhatian Ibunya kepada Renzo yang sangat berbeda
dengan perhatian yang diberikan kepada dirinya.
***
Pada malam hari, di kediaman keluarga William yang sangat
sunyi karena semua penghuninya sudah
terlelap ke dalam mimpi. Kenzo pun terbangun dari mimpi buruknya. Sepertinya ia
bermimpi tentang dirinya yang merasa sendiri di dunia ini, karena tidak ada
satu pun orang yang peduli dan mengerti dirinya, termasuk keluarganya. Kenzo pun
berpikir, percuma dia mempunyai keluarga yang tak peduli dengannya, kenapa dia
tidak benar-benar sendiri saja?
“Kenapa dunia ini begitu menyakitkan? Begitu tidak adil
bagiku? Aku ingin kehidupan layaknya Renzo yang selalu dimanjakan dan
dilimpahkan kasih sayang oleh Mom dan Dad. Sedangkan aku? Kehadiranku pun tidak
dianggap oleh mereka.”
“Aku harus melakukan sesuatu, agar semuanya berubah.” Batin
Kenzo.
Kenzo pun berjalan menuju dapur yang berada di lantai 1. Ia
melihat-lihat seluruh benda yang ada didapur. Entah apa yang dicarinya, Ia pun
mendekati kumpulan pisau yang berada disudut dapur. Kenzo mengambil salah satu
pisau yang menurutnya tajam, dan ia pun
juga mengambil satu garpu yang berada disamping tempat pisau.
Entah apa yang dipikirkannya, Kenzo pun berjalan menuju
kamar orang tuanya seraya membawa pisau ditangan kanannya dan garpu ditangan
kirinya. Perlahan ia membuka pintu kamar dan berjalan mendekati ranjang yang
ditiduri orang tuanya.
“Tidak adil.” Gumamnya. Dan Kenzo pun mengarahkan pisau yang
berada di tangan kanannya ke perut Ayahnya.
“Arrrggghhh!” teriak Ayahnya kesakitan. Sedangkan sang Ibu
yang tertidur sangat pulas,tidak terbangun.
“Kenapa hanya Renzo yang sangat diperhatikan?” kata Kenzo
sambil menusukan pisau ke tenggorokan ayahnya agar suara teriakkan ayahnya
tidak terdengar kembali. Kenzo sengaja mengincar tenggorokkannya agar pita
suaranya rusak. Ayahnya sudah tidak bisa mengeluarkan suara lagi. Semakin dekat
pisau yang diarahkan oleh Kenzo, ayahnya semakin sadar kenapa Kenzo bisa
berbuat seperti itu. Ini semua dikarenakan dia tidak pernah diperhatikan secara
lebih seperti Renzo.
“Dad, rasa sakit yang aku rasakan sama seperti apa yang
Daddy rasakan sekarang. Bukankah sekarang kita impas, Dad?” Kata Kenzo sambil
kembali menusukkan pisaunya ke arah jantung ayahnya. Darah ayahnya mengucur
dengan deras, dengan sekali hentakan pisau yang tertancap di jantung ayahnya
ditarik dengan secara vertical sehingga meninggalkan luka sobek yang sangat
besar. Dengan begitu, nyawa ayahnya pun melayang.
“Sekarang giliranmu, mom.” Kata Kenzo dan kembali
mengeluarkan garpu yang ada ditangannya.
“Selama ini, kukira mom sayang padaku. Kenapa saat mom
mengambil rapot, hanya Renzo yang mom pikirkan?”
Ibunya yang tertidur sangat lelap tidak menyadari pembunuhan
suaminya. Kenzo menyeringai puas dan menusuk mata kiri ibunya yang tertutup.
Karena merasa kesakitan ibunya pun berteriak sangat kencang dan membuka matanya
tetapi hanya mata kanannya yang bisa terbuka. Karena mata kanan ibunya terbuka,
Kenzo kembali menusuk mata ibunya. Dan kini kedua mata ibunya sudah tertusuk
oleh sebuah garpu.
“Mom, apa mom sayang padaku?” kata Kenzo sambil menangis
pilu.
“M-mom.. sa-sayang padamu.” Kata ibunya terbata-bata karena
menahan sakit yang dirasakannya. Sang ibu pun berfikir sama dengan suaminya, ia
tau kenapa bisa Kenzo melakukan hal yang keji seperti ini. Dia terlalu
memikirkan Renzo, terlalu melimpahkan perhatian kepada Renzo sedangkan Kenzo
terlalu diabaikan. Tetapi mereka mempunyai alasan untuk itu, Renzo memiliki
penyakit lemah jantung sejak lahir, dan baru diketahui saat Renzo dan Kenzo di
tingkat ke empat sekolah dasar.
“Pembohong.” Ucap Kenzo dengan sinis dan menusuk urat nadi ibunya yang berada ditangan. Karena kehabisan darah, ibunya meninggal.
Suara pintu yang perlahan terbuka terdengar oleh Kenzo, Kenzo pun bersembunyi dibawah tempat tidur orang tuanya.
***
Renzo’s POV
“AAARGH” suara teriakkan menggema dengan besar dan berhasil
membuat aku terbangun dari tidurku.
***
Kenzo’s POV
Aku melihat Renzo memasuki kamar ini, dia terlihat kesakitan
dan kemudian tergeletak tak berdaya di lantai. Aku keluar dari tempat
persembunyianku dan menghampiri Renzo untuk mengecek keadaan Renzo. Ternyata
dia sudah tidak bernafas lagi.
“Jadi sekarang aku sendirian? Sendirian? Ya, aku sendirian.
Hahaha ”
***end***
Sorry for typo's. Ini karya aku sama temen-temen aku pas disuruh buat cerpen waktu pelajaran b.indonesia. semoga terhibur :) wkwk.
Jika ada yang ingin mendownload cerpen ini, silahkan klik link dibawah ini
"The Blood (Cerpen)"
No comments:
Post a Comment