Blogger Widgets

Thursday, September 24, 2015

The Blood (Cerpen)

Title   : The Blood
Cast  :  - Albert WIlliam
             - Elsa William
             - Kenzo William
             - Renzo William


Pada malam yang hanya disinari cahaya bulan, keluarga William pindah ke kediaman barunya di salah satu rumah yang berada di New York, Amerika Serikat. Rumah yang minimalis namun terkesan mewah dan cukup untuk ditempati oleh keluarganya yang beranggotakan empat  orang. Albert William dan Elsa William mempunyai dua anak laki-laki kembar bernama Kenzo William dan Renzo William. Saat ini kedua anaknya masih berumur lima tahun. Keluarga William adalah keluarga yang harmonis, namun keharmonisan tersebut hanya dirasakan sementara oleh Kenzo. Itu semua berawal ketika Ken memasuki tingkat kelima di sekolah dasar.



***


Ketika mentari mulai muncul dari persembunyiannya, keluarga William melakukan kegiatan rutin seperti biasanya. Mereka mengawalinya dengan sarapan pagi di ruang makan.

“Ren, saat  disekolah nanti kamu jangan terlalu lelah ya, dan juga jangan membeli makanan sembarangan. Ini, mom telah membuatkan bekal untukmu.” Kata ibunya, Elsa William.

“Oke, mom. Terima kasih banyak.” Jawab Renzo.

“Bekal untukku mana, mom?” Tanya Kenzo dengan wajah yang iri.

“Sudah, nanti kamu membeli makanan di kantin sekolah saja. Maaf ya, mom lupa membuatkan bekal untukmu.” Kata ibunya dengan wajah yang sedikit gugup.

“Yasudah, ini uang untuk kamu jajan. Nanti pulangnya kalian naik bus saja. Ayo kita bergegas untuk berangkat.” Kata ayahnya sambil memberikan uang saku kepada Kenzo.

Kenzo yang merasa iri hanya menerima uangnya dan memasang wajah masam selama perjalanan ke sekolah. Sejak saat itu Kenzo mulai menyimpan rasa kesal kepada perlakuan ibunya yang pilih kasih.

Disekolah Kenzo adalah murid yang sangat cerdas, tetapi dia memang kurang pergaulan dan buruk dalam bersosialisasi. Sangat berbeda dengan Renzo yang mempunyai banyak teman, namun Renzo memang kurang baik dalam pelajaran. Karena itu, Kenzo sering mengajarkan pelajaran yang tidak dimengerti oleh Renzo. Mereka berdua memang sangatlah akur, dan Kenzo amat sangat sayang kepada Renzo. Akan tetapi semenjak ibu mereka pilih kasih, Kenzo berubah dan merasa sedikit canggung kepada Renzo.


***

Hari –hari pun berlalu, namun sikap Ibunya yang pilih kasih pun belum kunjung berubah, hal itu pun membuat Kenzo semakin iri kepada sang kembarannya, Renzo.

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Kenzo dan Renzo, karena mereka akan mengambil rapot kenaikan kelas. Kebetulan Kenzo dan Renzo satu kelas, jadi sang Ibu yang datang pun bisa sekaligus mengambil rapot kedua anaknya. Kenzo mendapatkan peringkat tertinggi dikelasnya, sedangkan Renzo sama sekali tidak masuk dalam peringkat sepuluh besar.

“Mom, aku mendapatkan peringkat tertinggi dikelasku, bagaimana menurutmu?” Tanya Kenzo dengan wajah gembira.

“Oh, selamat ya, Ken.” Jawab Ibunya  cuek. Kenzo pun sangat sedih mendapatkan respon yang sangat berbeda dengan apa yang diharapkannya.

“Oh ya dimana Renzo?” Tanya ibunya dengan nada khawatir karena Renzo belum kunjung menghampirinya. Tak lama kemudian, Renzo pun datang dengan wajah sedihnya.

“Mom, maafkan aku karena aku tidak masuk dalam peringkat sepuluh besar,dan maafkan aku karena telah mengecewakanmu.” Kata Renzo dengan memelas, tetapi Ibunya tersenyum memaklumi.

“Iya tak apa, Ren. Dalam belajar, hal itu sudah wajar terjadi, pasti ada peningkatan dan penurunan. Kamu sudah berusaha semampumu, yang penting jangan pernah menyerah.” Kata sang Ibu seraya memeluk Renzo. Kenzo pun sangat geram melihat perhatian Ibunya kepada Renzo yang sangat berbeda dengan perhatian yang diberikan kepada dirinya.


***


Pada malam hari, di kediaman keluarga William yang sangat sunyi  karena semua penghuninya sudah terlelap ke dalam mimpi. Kenzo pun terbangun dari mimpi buruknya. Sepertinya ia bermimpi tentang dirinya yang merasa sendiri di dunia ini, karena tidak ada satu pun orang yang peduli dan mengerti dirinya, termasuk keluarganya. Kenzo pun berpikir, percuma dia mempunyai keluarga yang tak peduli dengannya, kenapa dia tidak benar-benar sendiri saja?

“Kenapa dunia ini begitu menyakitkan? Begitu tidak adil bagiku? Aku ingin kehidupan layaknya Renzo yang selalu dimanjakan dan dilimpahkan kasih sayang oleh Mom dan Dad. Sedangkan aku? Kehadiranku pun tidak dianggap oleh mereka.”

“Aku harus melakukan sesuatu, agar semuanya berubah.” Batin Kenzo.

Kenzo pun berjalan menuju dapur yang berada di lantai 1. Ia melihat-lihat seluruh benda yang ada didapur. Entah apa yang dicarinya, Ia pun mendekati kumpulan pisau yang berada disudut dapur. Kenzo mengambil salah satu pisau yang menurutnya  tajam, dan ia pun juga mengambil satu garpu yang berada disamping tempat pisau.

Entah apa yang dipikirkannya, Kenzo pun berjalan menuju kamar orang tuanya seraya membawa pisau ditangan kanannya dan garpu ditangan kirinya. Perlahan ia membuka pintu kamar dan berjalan mendekati ranjang yang ditiduri orang tuanya.

“Tidak adil.” Gumamnya. Dan Kenzo pun mengarahkan pisau yang berada di tangan kanannya ke perut Ayahnya.

“Arrrggghhh!” teriak Ayahnya kesakitan. Sedangkan sang Ibu yang tertidur sangat pulas,tidak terbangun.

“Kenapa hanya Renzo yang sangat diperhatikan?” kata Kenzo sambil menusukan pisau ke tenggorokan ayahnya agar suara teriakkan ayahnya tidak terdengar kembali. Kenzo sengaja mengincar tenggorokkannya agar pita suaranya rusak. Ayahnya sudah tidak bisa mengeluarkan suara lagi. Semakin dekat pisau yang diarahkan oleh Kenzo, ayahnya semakin sadar kenapa Kenzo bisa berbuat seperti itu. Ini semua dikarenakan dia tidak pernah diperhatikan secara lebih seperti Renzo.

“Dad, rasa sakit yang aku rasakan sama seperti apa yang Daddy rasakan sekarang. Bukankah sekarang kita impas, Dad?” Kata Kenzo sambil kembali menusukkan pisaunya ke arah jantung ayahnya. Darah ayahnya mengucur dengan deras, dengan sekali hentakan pisau yang tertancap di jantung ayahnya ditarik dengan secara vertical sehingga meninggalkan luka sobek yang sangat besar. Dengan begitu, nyawa ayahnya pun melayang.

“Sekarang giliranmu, mom.” Kata Kenzo dan kembali mengeluarkan garpu yang ada ditangannya.

“Selama ini, kukira mom sayang padaku. Kenapa saat mom mengambil rapot, hanya Renzo yang mom pikirkan?”
Ibunya yang tertidur sangat lelap tidak menyadari pembunuhan suaminya. Kenzo menyeringai puas dan menusuk mata kiri ibunya yang tertutup. Karena merasa kesakitan ibunya pun berteriak sangat kencang dan membuka matanya tetapi hanya mata kanannya yang bisa terbuka. Karena mata kanan ibunya terbuka, Kenzo kembali menusuk mata ibunya. Dan kini kedua mata ibunya sudah tertusuk oleh sebuah garpu.

“Mom, apa mom sayang padaku?” kata Kenzo sambil menangis pilu.

“M-mom.. sa-sayang padamu.” Kata ibunya terbata-bata karena menahan sakit yang dirasakannya. Sang ibu pun berfikir sama dengan suaminya, ia tau kenapa bisa Kenzo melakukan hal yang keji seperti ini. Dia terlalu memikirkan Renzo, terlalu melimpahkan perhatian kepada Renzo sedangkan Kenzo terlalu diabaikan. Tetapi mereka mempunyai alasan untuk itu, Renzo memiliki penyakit lemah jantung sejak lahir, dan baru diketahui saat Renzo dan Kenzo di tingkat ke empat sekolah dasar.

“Pembohong.”  Ucap Kenzo dengan sinis dan menusuk urat nadi ibunya yang berada ditangan. Karena kehabisan darah, ibunya meninggal.

Suara pintu yang perlahan terbuka terdengar oleh Kenzo, Kenzo pun bersembunyi dibawah tempat tidur orang tuanya.


***


Renzo’s POV

“AAARGH” suara teriakkan menggema dengan besar dan berhasil membuat aku terbangun dari tidurku.


“Itu seperti suara mommy.” Kataku dengan logat baru bangun tidur. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi, dan akhirnya aku berniat untuk menghampiri kamar orang tuaku. Dengan langkah perlahan aku turun dari kasurku dan berjalan menuju kamar orang tuaku.  Sesampainya didepan kamar orang tuaku, aku merasa gugup untuk membukanya. Aku membukanya secara perlahan, setelah aku masuk ke kamar orang tuaku aku merasa syok karena orang tuaku sudah tergeletak penuh darah di atas tempat tidurnya. Pasokkan udaraku terasa semakin menipis, aku merasa sesak napas. Rasa sakit menjalar keseluruh tubuhku, sesaat setelah itu aku tidak melihat apa-apa lagi.


***


Kenzo’s POV

Aku melihat Renzo memasuki kamar ini, dia terlihat kesakitan dan kemudian tergeletak tak berdaya di lantai. Aku keluar dari tempat persembunyianku dan menghampiri Renzo untuk mengecek keadaan Renzo. Ternyata dia sudah tidak bernafas lagi.

“Jadi sekarang aku sendirian? Sendirian? Ya, aku sendirian. Hahaha ”


***end*** 


Sorry for typo's. Ini karya aku sama temen-temen aku pas disuruh buat cerpen waktu pelajaran b.indonesia. semoga terhibur :) wkwk.



Jika ada yang ingin mendownload cerpen ini, silahkan klik link dibawah ini
"The Blood (Cerpen)"

No comments:

Post a Comment