Blogger Widgets

Thursday, February 20, 2020

Materi Perencanaan dan Penganggaran (Sistem Pengendalian Manajemen)


Materi dari buku Sistem Pengendalian Manajemen by Kenneth A. Merchant
BAB 8
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Sistem perencanaan dan penganggaran adalah elemen penting lainnya dari sistem pengendalian hasil keuangan. Salah satu output penting dari sistem perencanaan dan penganggaran adalah rencana tertulis yang menjelaskan ke mana arah organisasi (tujuan), bagaimana cara untuk mencapainya (strategi), dan hasil apa yang seharusnya diharapkan (target kinerja).

Beberapa manfaat perencanaan dan penganggaran bagi organisasi datang dari proses pengembangan rencana. Proses perencanaan mendorong manajer dan karyawan berpikir tentang masa depan, mendiskusikan ide mereka dengan orang lain dalam perusahaan, mempersiapkan proyek mereka dengan teliti, dan berkomitmen untuk mencapai tujuan yang akan melayani kepentingan organisasi. Masalahnya bukanlah untuk mempersiapkan rencana atau anggaran, tetapi lebih pada bagaimana melakukan hal tersebut.
Sistem perencanaan dan penganggaran bervariasi di dalam perusahaan. Beberapa lebih formal dari yang lain. Sedangkan yang lain lebih rumit dan memakan waktu. Beberapa memerlukan keterlibatan manajemen puncak, sementara yang lain lebih menggunakan dasar bottom-up dan management by-exception. Ada beberapa cara untuk mendesain sistem perencanaan dan pengangggaran, tetapl idak semua dari mereka sama efektifnya, beberapa ciri keria Iebih baik dalam keadaan yang pasti dibandingkan dengan yang lain.
Bab ini mendiskusikan berbagai tujuan dari sistem perencanaan dan penganggaran, termasuk penentuan target kinerja keuangan yang digunakan untuk evaluasi kinerja dan tujuan insentif. Kita juga akan mendiskusikan beberapa karakteristik dari sistem yang sangat penting, dan sama baiknya dengan beberapa faktor yang dapat membawa organisasi dalam penggunaan sistem perencanaan dan penganggaran dengan karakteristik yang berbeda.

TUJUAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Sistem perencanaan dan penganggaran memiliki empat tujuan utama. Secara jelas, tujuan pertama adalah perencanaan; dalam hal ini, pengambilan keputusan dilakukan di awal. Karyawan terlihat cenderung menjadi cukup sibuk karena desakan dari hari ke hari. Kecuali jika mereka mendapat dorongan, mereka sering kali gagal untuk melakukan strategl yang mencukupi, pemikiran jangka panjang. Sistem perencanaan dan penganggaran menyediakan dorongan yang dibutuhkan. Mereka melakukan bentuk ampuh pengendalian tindakan yang memaksa manajer untuk mengusulkan rencana tindakan ketika berpikir mengenai masa depan, memerhatikan prospek bisnis, kendala sumber daya, dan risiko. Dalam melakukan pemikiran ke depan, manajer mengembangkan pemahaman yang lebih baik yang mungkin dihadapi organisai terkait dengan peluang dan ancaman, kekuatan, dan kelemahan, serta pengaruh dari strategi yang memungkinkan dan keputusan operasional. Proses pengambilan keputusan berbasis pemikiran ke depan ini membentuk respons perusahaan dan mengurangi risiko yang terjadi.
Keputusan mengenai strategi, susunan kepegawaian, dan taktik operasional dapat disesuaikan berdasarkan prediksi hasil sebelum organisasi mengalami masalah besar. Hal ini merupakan contoh klasik dari apa yang disebut dengan feedforward control. Proses perencanaan yang efektif membuat sistem pengendalian proaktif, tidak sekadar reaktif. Perencanaan tersebut membantu manajer untuk membentuk masa depan, tidak hanya merespons kondisi yang dihadapi dan kinerja yang mereka observasi. Sebagai contoh, Davis Service Group,sebuah perusahaan publik di Inggris yang mendasari layanan pada sumber daya kontraktor, pembersihan dan pemeliharaan industri tekstil, pakaian pelindung dan tekstil, tetap menjadi perusahaan yang menguntungkan meskipun mengalami resesi pada 2008, barangkali "sebagai hasil dari penganggaran yang hati-hati, [yang] melibatkan pembuatan rencana keuangan yang detail untuk setiap aspek bisnis, mengidentifikasi risiko, dan memastikan bahwa manajer berkomitmen terhadap hasil yang telah mereka setujui."
Tujuan kedua adalah koordinasi. Proses perencanaan dan penganggaran mendorong pembagian informasi pada seluruh organisasi. Proses ini melibatkan komunikasi top-down dari tujuan dan prioritas organisasi, sama halnya dengan komunikasi bottom-up mengenai kesempatan, kebutuhan sumber daya, kendala, dan risiko. Mereka juga melibatkan komunikasi lateral yang meningkatkan kemampuan entitas organisasi (seperti unit bisnis, divisi, wilayah fungsional, dan unit administratif) bekerja bersama untuk tujuan umum. Setiap orang terlibat menjadi lebih mengetahui, sehingga proses lebih mungkin untuk menghasilkan keputusan yang memerhatikan semua perspektif. Rencana penjualan dikoordinasikan dengan rencana produksi  sehingga keterbatasan atau surplus persediaan dan personel akan berkurang dan tersinkronisasi seperti yang dibutuhkan. Perencanaan produksi dikoordinasi sehingga kemungkinan risiko kendala kemacetan dapat diminimalkan. Perencanaan pertumbuhan dan investasi dikomunikasikan pada fungsi keuangan, yang mengambil langkah untuk memastikan kebutuhan modal. Dan sebagainya.
Tujuan ketiga adalah memfasilitasi pengawasan manajemen puncak. Pengawasan terjadi dalam bentuk kajian pratindakan (sebuah tipe dari pengendalian tindakan) sebagai rencana yang telah dinilai, didiskusikan, dan diterima pada saat tingkat keberhasilan lebih tinggi dalam organisasi sebelum tindakan diambil. Manajemen puncak juga menggunakan rencana sebagai standar kinerja yang digunakan untuk mengimplementasikan bentuk pengendalian  management-by-exception (sebuah tipe pengendalian hasil). Proses perencanaan dan penganggaran menyediakan sebuah forum yang memungkinkan organisasi menghadapi tantangan tetapi target kinerjanya realistis yang disesuaikan dengan keinginan manajer puncak untuk kinerja yang diinginkan dengan informasi manajer tingkat bawah mengenai berbagai kemungkinan. Penyimpangan negatif-yaitu, pengukuran kinerja di bawah level target-memberi manajemen puncak sebuah peringatan awal adanya masalah potensial dan dasar kebenaran baik yang terkait dengan strategi organisasi atau campur tangan dalam masalah operasi dari anak buah manajer.
Tujuan akhirnya adalah motivasi. Rencana dan anggaran menjadi target yang memengaruhi motivasi manajer karena target dihubungkan dengan evaluasi kinerja dan, pada gilirannya, berhubungan dengan berbagai imbalan organisasi. Seperti yang disampaikan pada Bab 2, apa yang dikatakan karyawan, untuk "melakukan yang terbaik" hampir tidak memotivasi mereka untuk mencapai target kinerja yang spesifik, baik itu yang mudah maupun yang sulit untuk dicapai. Sementara semua target kinerja dapat memberikan manfaat, bab ini memfokuskan pada target kinerja keuangan, yang merupakan tipe umum dari target pada proses penganggaran tahunan.

SIKLUS PENGANGGARAN
Organisasi sering kali menggunakan tiga hierarki, serangkaian siklus perencanaan yang disebut dengan perencanaan strategi, penganggaran modal (atau pemrograman), dan penganggaran (operasional).

Perencanaan strategis
Perencanaan strategis mencakup proses yang relatif luas mengenai misi, tujuan, dan arti dari misi dan tujuan terbaik organisasi yang dapat dicapai (misalnya, berbagai strategi). Proses perencanaan strategis umumnya melibatkan eksekutif senior perusahaan dan seluruh manajer yang sebagian besar memiliki informasi yang luas. Proses perencanaan strategis juga melibatkan analisa mengenai masa sebelumnya dan perkiraan mengenai masa depan. Meskipun perlakuan detail berada di luar lingkup bab ini, rencana strategis biasanya melibatkan pengembangan: (1)visi atau misi dan tujuan organisasi secara menyeluruh sebagai satu kesatuan; (2) pemahaman mengenai posisi yang dimiliki organisasi sekarang, kekuatan dan kelemahannya, kesempatan dan risikonya; (3) persetujuan mengenai tipe aktivitas atau bisnis dalam organisasi yang seharusnya (dan yang tidak seharusnya) dikejar; dan (4) strategi dari masing-masing aktivitas atau bisnis utama organisasi yang diputuskan untuk dikejar; yaitu rencana yang menentukan jalannya tindakan di mana setiap tujuan bisnis atau entitas akan dicapai dengan cara membangun kekuatannya.
Secara lengkap, proses formal perencanan strategis mengarah pada pembangunan strategi organisasi yang luas, dan jika memungkinkan, strategi untuk berbagai entitas dalam organisasi, identifikasi sumber daya yang diinginkan, dan pernyataan sementara tujuan kinerja yang biasanya direncanakan 3-5 atau 10 tahun ke depan. Perencanaan strategis memberikan perencanaan kerangka kerja yang lebih detail yang terjadi dalam siklus perencanaan selanjutnya.

Penganggaran modal
Penganggaran modal (yang sering kali juga disebut dengan pemrograman) melibatkan identifikasi dari program tindakan khusus (proyek yang diimplementasikan atau investasi yang akan dilakukan) untuk beberapa tahun kedepan (biasanya 1-3 atau 5 tahun) dan spesifikasi dari masing-masing sumber daya yang akan digunakan. Program seharusnya memindahkan strategi masing-masing entitas, yang secara umum berfokus pada hal eksternal, menuju pengaturan fokus internal dari aktivitas yang didesain untuk implementasi strategi dan, pada gilirannya, untuk membawa pada pencapaian tujuan entitas. Program dapat dikembangkan pada berbagai tingkat rangkaian detail dari program yang kompleks yang meliputi seluruh aktivitas yang dibutuhkan untuk memperbolehkan seluruh entitas menjual produk pada daerah geografis yang baru hingga pada penjualan sederhana dari satu mesin baru untuk masalah produksi yang ada. Penganggaran modal yang dipaksa dalam sebuah pilihan program harus konsisten terhadap persetujuan sementara yang akan diraih selama proses perencanaan strategis. Penganggaran modal sering kali melibatkan beberapa orang berpengalaman, yang berhubungan dengan analisis investasi, peranakan, dan keuangan. Penganggaran modal biasanya membutuhkan perencanaan detail yang abstansial bila dibandingkan dengan rencana strategis.
Proses penganggaran modal biasanya dimulai dengan diskusi antara seluruh manajer dan bawahannya mengenai program yang dibutuhkan dalam waktu dekat. Sebagai bagian dari proses ini, manajer harus meninjau kembali program yang sedang berjalan untuk menilai apakah mereka memenuhi tujuan yang diharapkan dan apakah mereka seharusnya memodifikasi atau menghentikannya. Keterbatasan sumber daya kemudian akan dialokasikan pada program khusus. Beberapa teori  yang ada mengenai fokus alokasi sumber daya pada alokasi pembiayaan modal, yakni ketika penyaringan dan pembandingan investasi yang potensial dibangun dalam istilah keuangan menggunakan arus kas yang didiskontokan atau analisis berdasarkan keuangan yang hamper sama. Akan tetapi, kelangkaan alokasi sumber daya adalah sebuah proses mekanis yang hanya tergantung pada perhitungan keuangan. Sember daya lain, yang mungkin langkah dalam periode waktu tertentu menjadi perhatiaan dan lebih sulit dihitung dari segi keuangan-seperti bakat (sumber daya manusia), esensi dari waktu untuk memperoleh keunggulan potensial pada gerakan pertama, dan keperihatinan yang muncul dari peningkatan komitmen pada investasi sebelumnya-sering juga memengaruhi keputusan akhir lokasi. Lebih lanjut, hasil dari proses penganggaran modal kemungkinan juga tergantung pada rekam jejak, persiapan, keterampilan berdebat, dan kekuasaan politis dari manajer yang terlibat.manajer harus berkompetisi untuk memperoleh sumber daya. Hal ini membuat sebagian besar argument persuasif dan presentasi secara umum dibutuhkan untuk mendukung tujuan tersebut.
            Sebagian manajer perusahaan biasanya dilibatkan dalam menilai program yang lebih besar atau proposal investasi, sering kali bagian dari sebuah komite alokasi modal atau sumber daya. Kajian ini memperbolehkan manajer perusahaan menilai kesempatan lain untuk mengomunikasikan prioritas perusahaan pada manajer entitas (membantu mengurangi potensi dari masalah kurangnya pengarahan) dan untuk menilai kajian pratindakan lainnya (sebuah tipe pengendalian tindakan). Mereka juga dimintak untuk membantu manajer tingkat bawah, khususnya manajer fungsional, memahami bagai mana aktifitas mereka disesuaikan dengan portofolio aktivitas organisasi dan bagai mana mereka memengaruhi atau berhubungan dengan inisiatif pada bagian lain dari organisasi (lagi pula, diarahkan pada masalah potensial dari kurangnya pengarahan). Tetapi kajian tersebut juga memiliki pungsi kumunikasi botton-up: mereka memperlakukan diri sebagai forum bagi manajer yang lebih rendah untuk mengomunikasikan kesempatan, ancaman, dan permintaan untuk pembiayaan modal pada manajer perusahaan. Jika penganggaran modal berjalan dengan baik, program penerimaan sumber daya secara individual konsisten dengan tujuan dan strategi perusahaan serta secara konsisten sama dengan program lainnya.

Penganggaran (Operasional)
Penganggaran operasional (atau tahunan)- penganggaran untuk jangka pendek-melibatkan persiapan laporan keuangan jangkah pendek, sebuah anggaran, biasanya untuk tahun fiskal berikutnya. Anggaran sesuai dengan struktur pertanggungjawaban organisasi ( lihat Bab 7) dan memberikan pendapatan, biaya, asset dan liabilitas secara detail dalam line-item yang sesuai.  Penganggaran adalah sebuah proses yang sangat universal dalam sebuah perusahaan. Berdasarkan survei paling konprehensif yang tersedia, sebagian besar (97%) responden malaporan bahwa organisasi memiliki proses penganggaran formal. Dari jumlah itu, 91% responden menyatakan bahwa perusahaan membuat anggaran tahunan; 3% semi-tahunan; dan 1% dalam jangka triwulan. Dalam penganggaran penekanan dilakukan pada data kuantitatif ( khususnya keuangan).
            Setiap organisasi yang berjalan dengan efektif melakukan fungsi dari tiap-tiap tiga siklus perencanaan-rencana strategi, penganggaran modal (pemrograman), dan penganggaran-meskipun secara formal dapat dibedakan dan kemampuan dari siklus sangat besar dari satu organisasi keorganisasi lainnya. Pada perusahaan kecil, biasanya, satu atau lebih siklus ini relatif bersifat informal, dan beberapa perusahaan mengombinasikan keduannya, atau sering kali semuanya, dari siklus ini sebagai bagian dari proses perencanaan atau penganggaran, yang biasanya dilakukan setiap tahun. Akan tetapi, sebagai sebuah organisasi yang bertumbuh, suatu proses perencanaan formal menjadi lebih rumit dan semakin berkembang; membuat menjadi lebih dekat pada system tiga siklus lengkap. Begitu juga pada organisasi nonbala, proses perencanaan mungkin hanya sedikit berfokus pada pembiayaan modal, meskipun modal seringkali menjadi kendala besar juga, hal tersebut mendorong mereka untuk memperhatikan tradeoff antara berbagai program dan menunjukkan dana tahunan yang tersedia dalam anggaran operasi yang baik untuk dipilih yang akan membantu tujuan social mereka dimasa yang akan datang.

PENENTUAN TARGET
 Di luar rencana produksi tertulis yang menjelaskan tujuan, strategi, dan hasil yang diharapkan organisasi, rencana dan anggaran menjadi target yang memengaruhi motivasi manajer karena target dihubungkan dengan evaluasi kinerja dan, sering kali, dihubungkan dengan berbagai insentif (yang diskusikan pada Bab9). Penggunaan target kinerja yang sudah ditetapkan dalam organisasi bisnis adalah hal yang sangat umum dilakukan. Target kinerja, dan khususnya BHAG (big hairy audacioun goals), diperkirakan akan menstimulasi karyawan untuk berkompetisi. Sebagai tambahan, anggaran adalah target kinerja utama untuk mengevaluasi kinerja pada lever manajerial dan untuk memberikan penghargaan insentif. Kinerja diskusi, yang cendrung berfokus pada perbedaan antara kinerja sesungguhnya dan target, dapat membawa pada perbaikan pemahaman mengenai hal yang berkaitan, dan yang tidak berkaitan, bekerja dengan menyediakan forum yang bermanfaat dalam berkomunikasi antar-organisasi. Meskipun insentif eksplisit tidak ada, yang cendrung berfokus pada perbedaan kinerja sesungguhnya dan target, dapat membawa pada perbaikan pemahaman mengenai hal yang berkaitan, dan yang tidak berkaitan, bekerja dan menyediakan forum yang bermanfaat dalam komunikasi antar-organisasi. Meskipun insentif eksplisit tidak ada, manajer dimotivasi untuk mencapai target kinerja mereka jika tidak ada alasan lain daripada menghindar untuk menjelaskan kepada atasan dan kolega mereka mengapa mereka tidak mencapai target. Sebagai contoh, China’s Haier, perusahaan peralataan konsumen besar, yang tidak hanya membayar 100% berdasarkan kinerja, tetapi juga menggunakan penamaan dan cara mempermalukan secara luas. Poto-poto manajer dengan jelas ditampilkan diseluruh perusahaan dengan senyum mereka untuk kinerja yang bagus dan muka yang cemberut berwarna kuning bagi manajer yang memiliki kinerja yang buruk. Lebih jauh lagi dalam melakukan target, manajer memilih untuk memberikan perhatian langsung pada aktivitas yang berhubungan dengan tujuan. Target juga memotivasi manajer untuk menggunakan pengetahuan yang mereka miliki,  atau menemukan pengetahuan yang dibutuhkan, untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan.
            Target kinerja yang paling umum digunakan pada level manajemen di organisasi laba yang muncul selama proses penganggaran; tahap akhir dari system perencanaan tiga siklus penuh seperti yang telah didiskusikan sebelumnya; seperti yang disebutkan disini, dalam konteks ini, target penganggaran secara umum merupakan hal yang lumrah dalam keuangan; mereka biasanya dinyatakan pada tahun fiskal  atau dasar tahunan; mereka biasanya menyesuaikan struktur pusat pertanggungjawaban perusahaan; dan mereka biasanya terikat pada kajian kinerja tahunan dan kontrak insentif dari manajer mereka. Sebagai contoh, target keuangan dari manajer pusat laba didefinisikan dalam istilah laba atau paling tidak dalam beberapa kumbinasi. Untuk alasan ini, focus kami dalam bab ini dikhususkan pada target kinerja keuangan dalam konteks penganggaran.

Tipe target  kinerja keuangan
Target kinerja keuangan dapat dibedakan dalam beberapa cara; apakah target merupaka (1) berbasis model, historis, atau negosiasi; (2) tetap atau fleksibel; atau (3) internal atau eksternal.

1.      Target berbasis model, historis, dan nogosiasi
Target kinerja dapat (1) diturunkan dari model kuantitatif dari kinerja yang seharusnya dijalankan; (2) berdasarkan pada kinerja historis; atau (3) diturunkan dari proses negosiasi antar manajer level bawah dengan manajer level atas.
            Target berbasis model diturunkan dari prediksi kinerja yang memungkinkan dalam sebuah rangkaian priode pengukuran. Ketika target berbasis model digunakan dalam bagian dimana aktivitas dapat deprogram (ada yang langsung dan ada yang relative stabil, hubungan kausal bersifat deterministik antara input dan output) mereka disebut sebagai target yang bias direkayasa. Sebagai contoh, pada departemen produksi, yang sering disebut pusat biaya, hubungan input-output antara material dan tenaga kerja dapat diturunkan secara langsung dari spesifikasi produk. Kuantitas fisik untuk material dan tenaga kerja yang dibutuhkan kemudian dapat diubah kedalam target keuangan dengan mengalikan standar kuantitas dengan biaya unit standar. Tetapi, model juga digunakan untuk mendapatkan target kinerja dalam konteks yang lain dari aplikasi biaya standar. Sebagai contoh, perusahaan sering kali mengembangkan model kuantitatif dari rencana laba pada organisasi atau tingkat entitas, yang dibangun pada model akuntansi keuangan dan input yang lain. Seperti model yang pasti membutuhkan beberapa asumsi perkiraan dan perencanaan, seperti mengenai total pasar yang tersedia, tingkat pesaing, bauran produk, harga, dan yang lainnya. Akan tetapi, target yang akhirnya diadopsi berasal berasal dari beberapa model yang sering dinegosiasikan (lihat bagian berikutnya) didasarkan pada jangkauan hasil yang diprediksikan pada model sebelum yang dikomitmenkan oleh manajer sebagai target akhir.
            Target historis diturunkan secara langsung dari kinerja pada priode sebelumnya. Mereka sering melibatkan apa yang disebut dengan ratcheting, sebagai contoh, seperti ketika manajer pusat laba diminta untuk meningkatkan laba sebesar 10% dari angka pada tahun sebelumnya.
            Akan tetapi, pada lavel manajerial, sebagian besar target kinerja dinegosiasikan  antara hierarki yang lebih tinggi dengan bawahannya, seperti ketika manajer divisi menegosiasikan anggaran pusat laba mereka (atau investasi) dengan perusahaan. Negosiasi biasanya menghadapi keterbatasan dari pendekatan berbasis model dan asumsi perencanaan yang mereka gabungkan (lihat bagian sebelumnya),serta karena asimetri informasi dalam desentralisasi organisasi. Manajer dengan tingkat yang lebih tinggi biasanya lebih mengetahui mengenai seluruh tujuan organisasi dan keterbatasan sumber daya. Manajer dengan tingkat yang lebih rendah biasanya memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai prospek bisnis dan kendala pada level operasi. Negosiasi mengenai target kinerja, seharusnya, memperbolehkan penggunaan keunggulan  informasi yang relative pada masing-masing level serta membuat atasan dan bawahan saling berbagi mengenai inforasi mereka masing-masing.
            Pengendalian hasil yang ketat lebih mudah untuk diimplementasikan ketika target direkayasa karena hubungan antara usaha dan hasil adalah langsung. Penggunaan input yang lebih besar, atau produksi output yang lebih rendah, sebuah taerget yang direkayasa mengindikasikan masalah kinerja dengan tingginya kemungkinan. Manajer juga dapat menggunakan target historis untuk memengaruhi pengendalian hasil yang ketat jika proses dapat dikendalikan sehingga menjadi stabil sepanjang waktu. Pengendalian hasil yang ketat lebih sulit ketika asumsi penting mengenai  masa depan diperlukan atau jika negosiasi digunakan, kecuali jika negosiasi itu dibatasi dengan ketat oleh model kinerja yang baik atau data kinerja yang secara historis bagus. Dalam situasi berikutnya, penyimpangan kinerja dari target mungkin mengindikasikan masalah kinerja, tetapi mungkin juga mengindikasikan bahwa asumsi asli atau proses negosiasi berat sebelah

Target tetap versus target fleksibel
Cara lain untuk membedakan target adalah ketika berada dalam istilah target tetap atau fleksibel. Target tetap tidak berubah selama periode waktu yang diberikan. Target fleksibel beruba sesuai dengan kondisi yang dihadapi selama periode waktu tertentu. Target mungkin ditentukan secara bervariasi, sebagai contoh, perubahan dalam volume aktivitas, harga input (contohnya, minyak atau mineral langkah), tingkat bunga, atau tingkat penukaran mata uang asing.
            Survei mengenai praktik peranggaran mengindikasikan bahwa hanya sebagian kecil dari perusahaan (28%) yang melaporkan penggunaan anggaran fleksibel. Implikasinya, target keuangan menjadi tetap pada sebagian perusahaan, paling tidak pada pusat laba dan level organisasi, yang berarti bahwa manajer memegang tanggung jawab untuk mencapai anggaran mereka tanpa memerhatikan kondisi ekonomi yang mereka hadapi. Jika mereka gagal melakukannya, mereka kehilangan beberapa bentuk penting dari imbalan seperti bonus tahunan. Ketika target dibuat fleksibel, hal ini cenderung dilakukan pada level organisasi bawah. Manajer pabrik (pusat biaya standar), sebagai contoh, biasanya tidak bertanggung jawab terhadap pencapaian anggaran biaya total tetap. Bahkan, anggaran biaya total mereka biasanya bersifat fleksibel, yang berarti bahwa anggaran mereka bervariasi dengan volume produksi (contoh $350.000 untuk produksi dari 100.000 unit), atau keterlibatan penggunaan standar biaya unit (contoh &3,50 per unit).

Target internal versus target eksternal
 Hampir semua proses perencanaan dan penganggaran melibatkan pendekatan penetapan target yang berfokus secara internal. Manajer memerhatikan apa yang mungkin dalam organisasi dan fokus pada periode ke periode, perbaikan terus-menerus. Tetapi, proses perencanaan dan penganggaran juga dapat melibatkan pendekatan penentuan target yang berfokus secara eksternal. Kasus ini terjadi ketika organisasi menggunakan evaluasi dan acuan kinerja relatif untuk kinerja dan praktik mereka dengan perusahaan lain.
            Bukti menyarankan, mungkin tidak mengherankan, bahwa beberapa perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif menggunakan paling tidak beberapa benchmarking. Sebagai contoh, Corus, sebuah perusahaan pembuat baja besar di Eropa, biasanya menggunakan “tons of steel rolled” sebagai kunci pengukuran kinerja pada pabriknya. Akan tetapi, pengukuran ini tidak menunjukkan apakah hal ini memenuhi kebutuhan konsumen atau apakah baja perlu diolah lagi karena tidak memenuhi standar kualitas. Oleh karena itu, Corus mulai memonitor dan mengukur bagaimana kegiatan operasinya bila dibandingkan dengan produsen lain dan pesaing dalam industri baja. Proses benchmarking berarti bahwa Corus terus-menerus mengkaji aktivitas untuk mencoba menjadi yang terbaik dalam industrinya. Corus juga membagikan informasi yang relevan secara internal pada seluruh entitas untuk mendorong perbaikan, dan timbal baliknya membuat informasi yang tersedia di seluruh industri baja melalui asosiasi industri seperti International Iron and Steel Institute.
            Benchmarking dapat melibatkan perbandingan kinerja organisasi terhadap yang terbaik dalam industri (pesaing langsung), seperti di Corus, atau yang terbaik di kelasnya (perusahaan biasanya mengenal kinerja terbaik pada dimensi keinginan, yaitu, perusahaan mengenalnya untuk praktik terbaik mereka). Beberapa dari banyak aspek kinerja dapat dibandingkan, termasuk produk khusus atau karakteristik jasa (misalnya, antara rata-rata waktu dan kegagalan), aktivitas atau proses tertentu (misalnya, pelayanan konsumen), atau hasil organisasi seluruhnya (misalnya, tingkat pengembalian aset). Ketika benchmarking berfokus pada hasil organisasi (kinerja), daripada praktik terbaik, maka benchmark sering kali digunakan sebagai standar kinerja untuk tujuan evaluasi kinerja yang relatif. Pemikiran bahwa jika salah satu tujuan adalah untuk menjadi yang terbaik, kinerja seharusnya dibandingkan dengan yang terbaik. (Pada Bab 12 akan didiskusikan mengenai penggunaan evaluasi kinerja relatif untuk tujuan lain, yang menyaring faktor tidak terkendali dari pengukuran kinerja).

Penetapan target kinerja keuangan umum
Pengaruh dari beberapa sistem pengendalian hasil dapat merusak jika target yang salah telah ditentukan atau jika target tidak ditentukan dengan cara yang benar. Dua dari masalah target kinerja keuangan yang penting berhubungan dengan (1) jumlah yang sesuai dengan tantangan pada target dan (2) jumlah pengaruh yang sesuai untuk memperbolehkan bawahan dalam menentukan target.

Target kinerja keuangan harus menjadi seberapa menantang?
Masalah pertama penentuan target kinerja keuangan adalah seberapa sulit, atau seberapa menantangkah, penetapan target tersebut. Apakah targetnya ditetapkan dalam tingkat yang longgar; haruskah target berperan sebagai prediksi terbaik mengenai apa yang akan terjadi di periode mendatang; atau haruskah target ditetapkan secara konservatif untuk membantu memastikan bahwa target akan tercapai? Jawaban dari pertanyaan ini tergantung pada tujuan proses perencanaan yang ditekankan.
Untuk tujuan perencanaan, target anggaran seharusnya menjadi perkiraan terbaik yang tidak bias. Target anggaran seharusnya sama dengan kinerja yang diharapkan; yaitu, dengan kemungkinan 50% kesempatan untuk pencapaiannya, sehingga, mungkin terlewatkan untuk dilampaui. Seperti, target akan memberikan panduan pengambilan keputusan terbaik bagi manajer yang merencanakan tingkat sumber daya tanpa (atau kurang) risiko dari kelebihan atau kekurangan sumber daya yang dilakukan (seperti jumlah karyawan yang direkrut, tingkat produksi, dan keuangan) karena baik perkiraan kinerja optimis maupun konservatif mengharapkan bahwa mungkin setelah itu tidak akan datang atau terlampaui.
Akan tetapi, untuk tujuan motivasi, tingkat target yang disesuaikan seharusnya memiliki paling tidak beberapa kelonggaran. Hal ini menyebabkan tradeoff karena, seperti yang ditunjukkan oleh salah satu studi penganggaran, bahwa lebih dari tiga per empat dari perusahaan yang disurvei menggunakan anggaran yang sama untuk tujuan perencanaan dan tujuan memotivasi. Dengan demikian, masalah perencanaan sistem anggaran adalah bagaimana memilih target yang sesuai sebagai tujuan utama dari penganggaran, atau memberikan kompromi yang masuk akal antara tujuan perencanaan dan motivasi.

Gambar 8.1 Hubungan antara Kemampuan Pencapaian Target Kinerja dan Motivasi/Kinerja

            Teori yang berkaitan dengan pengaruh target kinerja pada motivasi bersifat kompleks. Seperti yang disampaikan, baik oleh guru manajemen seperti Jack Welch dan Gary Hamel, maupun pendapat cendekiawan lainnya, jika organisasi tidak menentukan ekspektasi kinerja yang tinggi, karyawan tidak akan memberikan hasil yang terbaik. Tantangan atau target kinerja yang longgar mendorong karyawan untuk bekerja dengan tingkat yang lebih tinggi. Mereka akan mendorong pada inovasi, tidak hanya sekadar incrementalism.
Pada sisi lain, target kinerja dapat ditentukan terlalu tinggi. Temuan dari peneliti psikologis menunjukkan konsistensi, hubungan nonliniear antara target yang sulit dan motivasi (dalam hal ini kinerja) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 8.1. Jika target dipersepsikan mudah untuk dicapai, tampaknya tidak ada hubungan antara target yang sulit dan motivasi. Tingkat aspirasi orang (motivasi dan kinerja) rendah karena mereka dapat mencapai target mereka dengan usaha yang minimum, kegigihan atau kreativitas. Di atas tingkat kesulitan yang ditentukan, motivasi tampaknya meningkat dengan target kesulitan yang meningkat pula ketika orang-orang mendekati batas kemampuan mereka. Setelah itu, tingkat hubungan berhenti dan menurun. Pada tingkat kesulitan yang tinggi, banyak orang patah semangat, kehilangan komitmen untuk mencapai target, dan mengarahkan sedikit tenaga—atau dengan kata lain, mereka menyerah untuk mencoba. Motivasi meningkat ketika target kinerja ditentukan dengan tingkat kesulitan menengah, titik A pada Gambar 8.1, yang dapat disebut menantang, tetapi dapat dicapai.
Secara spesifik, di mana letak titik motivasi optimal – titik perubahan pada hubungan antara target yang sulit dan hubungan kinerja? Dengan kata lain, di mana presepsi dan kesulitan yang berlebihan dan kurangnya komitmen untuk mencapai target muncul? Tidak diragukan lagi, titik yang ada bisa berubah tergantung pada hal-hal seperti kepribadian (seperti tingkat kepercayaan diri dan toleransi risiko), kemampuan, dan pengalaman individu yang terlibat. Seperti yang akan ditunjukkan kemudian, hal ini juga tergantung pada pengaturan (seperti tingkat ketidakpastian atau tingkat yang tidak dapat dikendalikan yang memengaruhi lingkungan ketika target perlu dicapai). Hal ini mengapa beberapa penelitian menemukan, atau sering kali hanya semata-mata klaim anekdot saja, berbagai “rekomendasi” tingkatan tantangan yang targetnya harus “mengoptimalkan” motivasi, dengan jangkauan dari yang terbawah yaitu 25 hingga 40% kesempatan pencapaian, hingga yang tertinggi dengan tingkat 80 hingga 90% kesempatan pencapaian.
Studi praktik menyarankan bahwa pada tingkat korporat dan entitas (pusat laba) dalam perusahaan, sebagian besar target laba tahunan ditentukan dengan pencapaian yang tinggi. Target anggaran ditentukan untuk bisa dicapai sebesar 80 hingga 90% dari waktu yang ada oleh tim manajemen yang bekerja secara konsisten pada tingkat usaha yang tinggi. Target ini seharusnya tidak dijelaskan dengan mudah karena memerlukan kompetensi dan konsistensi usaha pada tingkat yang tinggi. Anggaran yang tingkat pencapaiannya tinggi memiliki beberapa keunggulan dalam hal motivasi, perencanaan, dan pengendalian, seperti didiskusikan pada bagian berikutnya; memingkatnya komitmen manajer, perlindungan terhadap proyek yang optimis, pencapaian yang lebih tingi, pengurangan intervensi biaya, dan pengurangan gameplaying.

Meningkatnya komitmen manajer
Tingginya target anggaran yang dicapai meningkatkan komitmen untuk mencapai target. Sebagian besar manajer beroperasi pada kondisi yang tidak pasti; kinerja mereka dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang tidak dapat dipastikan. Tingginya pencapaian target melindungi manajer untuk memerhatikan tingkat pengaruh yang tidak menyenangkan, keadaan yang tidak terduga, dan mengizinkan beberapa dari mereka, jika ada, untuk merasionalisasi kegagalan mereka dalam mencapai target. Mereka tidak memiliki pilihan lain selain komit terhadap pencapaian target mereka tanpa memerhatikan kondisi bisnis yang dihadapi. Meningkatnya komitmen karena manajer mempersiapkan rencana anggaran lebih berhati-hati dan untuk mempercepat waktu pengelolaan dibandingkan dengan persiapan rasionalisasi untuk menjelaskan kegagalan memenuhi target.
            Karena lamanya periode kinerja–biasanya satu tahun pada sebagian besar perusahaan– biaya dari kurangnya komitmen untuk mencapai target anggaran menjadi tinggi. Jika target yang ditentukan sangat sulit dan beberapa kondisi negatif muncul di awal tahun, hilangnya komitmen dan turunnya motivasi mungkin akan berlangsung hingga beberapa bulan berikutnya. Sebaliknya, jika target anggaran yang tinggi dapat dicapai, manajer dapat menahan beberapa kondisi yang merugikan meskipun berada di awal periode. Mereka tetap memotivasi untuk mencoba memperbaiki pengaruh negatif yang tidak terduga dan lebih percaya bahwa mereka akan dapat kembali pada jalurnya.
            Manajer perusahaan memiliki kemungkinan lain untuk memastikan manajer melawan pengaruh yang tidak terduga, yaitu kondisi yang negatif. Mereka dapat memperpendek horizon perencanaan dan menentukan target untuk periode yang lebih pendek daripada satu tahun. Akan tetapi, proses penetapan target anggaran memerlukan biaya yang mahal, dan pengukuran laba untuk waktu yang pendek membutuhkan banyak alokasi pendapatan dan biaya antar periode. Kemungkinan lain adalah membuat fleksibel anggaran ketika pengaruh tidak terduga muncul. Akan tetapi, sebagian pusat laba, dan beberapa pusat biaya dipengaruhi oleh beberapa kejadian yang tidak terduga, beberapa diantaranya ada yang positif dan ada yang negatif. Akan memakan biaya yang mahal untuk menganalisa efek dari masing-masing pengaruh dari yang tidak terduga dan membuat penilaian mengenai apa dan seberapa besar tingkat koreksi yang harus dilakukan. Untuk alasan ini, target tinggi yang dicapai sering kali dilihat sebagai pendekatan yang tepat ketika manajer berhubungan dengan dari mereka sendiri yang “kasar” dan “halus” sekaligus menjaga harapan yang beralasan, dan memotivasi. Mereka berharap untuk memenuhi target di akhir meskipun target tersebut naik dan turun.

Perlindungan terhadap proyeksi yang meyakinkan
Tingginya target anggaran yang dapat dicapai melindungi organisasi terhadap biaya dari proyeksi pendapatan yang meyakinkan. Tahap pertama dalam penganggaran biasanya adalah persiapan perkiraan penjualan. Tingkat produksi (atau jasa) kemudian diarahkan pada perkiraan tingkat penjualan. Jika anggaran memiliki proyeksi yang meyakinkan, manajer akan dipaksa untuk mendapatkan sumber daya dalam mengantisipasi tingkat pendapatan (aktivitas) yang mungkin tidak akan terjadi pada masa yang akan datang. Beberapa keputusan yang diambil, paling tidak, dapat diubah. Hal yang sering terjadi adalah timbulnya kesulitan dan biaya yang mahal untuk memperoleh orang dan aset yang spesifik. Biasanya, lebih aman untuk memperkirakan penjualan dan laba yang relatif konservatif dan sumber daya tambahan yang dibutuhkan hanya ketika kebutuhan mereka terjamin. Hal berbau konservatif ini menyiratkan bahwa target anggaran harus sangat, atau paling tidak beralasan, dapat dicapai.

Pencapaian tertinggi manajer
Dalam pikiran sebagian besar manajer, pencapaian anggaran menjelaskan garis hubungan antara keberhasilan dan kegagalan. Target anggaran tinggi yang tercapai memotivasi atau bahkan membuat manajer merasa seperti “pemenang”. Manajer yang mencapai anggaran mereka akan diberikan paket imbalan–bonus, kewenangan, dan kemungkinan promosi yang lebih tinggi–dan kepercayaan diri mereka akan meningkat. Organisasi memperoleh keunggulan ketika manajer memiliki harga diri yang bagus dan merasa seperti pemenang. Manajer yang merasa memiliki kecakapan dan kemampuan lebih memiliki keinginan kuat untuk bekerja keras, menjadi pengusaha dan meningkatkan level aspirasi untuk masa depan mereka. Sebaliknya, jika manajer merasa gagal untuk mencapai target anggaran, mereka akan hidup dengan kegagalan sepanjang tahun dan bahkan stigma sering kali dikaitkan dengan kegagalan. Ketika frustrasi sering menghancurkan kepercayaan dan komitmen, hal tersebut dapat memicu biaya yang besar pada organisasi.

Pengurangan biaya intervensi
Target anggaran yang dapat dicapai mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk intervensi dan hierarki yang lebih tinggi dalam organisasi. Sebagian besar perusahaan menggunakan filosofi manajemen pengecualian. Intervensi manajer tingkat tinggi dalam urusan bawahan mereka hanya terjadi ketika ada penyimpangan yang tidak diinginkan dari sinyal anggaran yang tidak dibutuhkan. Ketika 80%-90% dari manajer mencapai target anggaran mereka, perhatian manajer puncak relatif diarahkan pada beberapa situasi ketika masalah di bidang operasi kemungkinan besar akan terjadi dan menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan.
            Titik ini diilustrasikan pada Gambar 8.2 yang menunjukkan dua kemungkinan distribusi dari keuntungan di masa depan. Yang satu menggambarkan sisi efektif yakni manajer yang bekerja keras dan yang lainnya menggambarkan ketidakefektifan manajer yang puas dengan diri sendiri (malas). Oleh karena skala menunjukkan kinerja yang baik terletak pada sisi kanan, distribusi dari manajer yang tidak efektif berada di kiri dari manajer yang efektif.
GAMBAR 8.2 Kemungkinan Distribusi Laba di Masa Mendatang Untuk Manajer Yang Efektif Dan Tidak Efektif

Jika target anggaran ditentukan pada titik A, mayoritas yang ada, mungkin 90%, manajer yang bekerja keras secara efektif akan mencapai target mereka. Akan tetapi sebagian kecil proporsi manajer yang tidak efektif, mungkin hanya 20% dari gambar kurva akan memperoleh keberuntungan yang cukup untuk mencapai target mereka. Hal itu menyebabkan manajer dengan tingkat yang lebih tinggi akan menghabiskan waktu yang relatif lebih sedikit untuk intervensi dalam urusan efektivitas manajer, meskipun sebagian besar usaha intervensi akan diarahkan pada manajer tidak efektif yang seharusnya memang diarahkan sejak awal.

Mengurangi gameplaying
Target anggaran yang dapat dicapai juga mengurangi risiko dari “gameplaying”. Rancangan dikaitkan dengan pencapaian pada banyak organisasi, yang melibatkan bonus, promosi, dan keamanan kerja, yang juga sangat penting bagi manajer yang berada pada kondisi berbahaya karena kegagalan pencapaian target anggaran, mereka memiliki kekuatan motivasi untuk melakukan spekulasi, entah melalui jumlah atau melalui keputusan yang bodoh (hal ini, apakah melalui metode akuntansi atau operasi yang dilakukan seperti yang kami diiskusikan pada bab 5). Dengan kata lain, pada kondisi ini manajer mungkin terlibat dalam tindakan manipulasi dan keputusan untuk membuat indikator kinerja mereka tampak lebih menyenangkan sementara mereka mengetahui bahwa tindakan atau keputusan atau keputusan tersebut tidak memberikan pengaruh positif terhadap kinerja sesungguhnya dan mungkin akan merugikan.
Bagaimana juga, risiko utama yang dihadapi organisasi dengan menentukan target anggaran yang dicapai adalah cita-cita manajer, dan karena motivasi dan kinerja mungkin lebih rendah dibandingkan yang seharusnya mereka lakukan. Manajer mungkin tidak mendorong kinerja terbaik. Meskipun hal ini merupakan risiko potensial yang serius, organisasi dapat melindungi diri mereka dari hal tersebut dengan cara memberikan intensif kepada manajer untuk melebihi target anggaran mereka. Gambar 8.3 menunjukkan fungsi hasil – imbalan untuk manajer entitas (pusat laba). Gambar tersebut menunjukan bahwa manajer memperoleh semua (atau sering kali sebagaian besar) dari bonus mereka dengan melebihi target anggaran merka (lebih dari jumlah maksimal yang ditentukan) jika imbalan yang diberikan untuk target anggaran yang terlampaui relatif cukup tinggi dengan yang hanya diberikan untuk mencapai target anggaran, manajer akan memiliki dorongan yang mengendur setelah pencapaian target angaran yang pasti.
Sementara itu, target anggaran yang dapat dicapai biasanya diobservasi dalam pratik, tidak semua target anggran harus ditetapkan dengan pencapaian yang tinggi. Jika perusahaan berada dalam bahaya kegagalan atau kelalaian dalam membayar jumlah pinjaman yang signifikan, manajer perusahaan mungkin menentukan tantangan target laba yang tinggi untuk memberi sinyal pada manajer operasi jangka pendek. Manajer puncak sering kali juga menentukan target laba yang tinggi untuk membatasi manajer discretionary investment, keduanya sebagai cara untuk memberikan sinyal pada manajer tingkat

GAMBAR 8.3 Tipe fungsi imbalan/hasil untuk manajer pusat laba

bawah bahwa strategi telah berubah (bahwa laba jangka pendek sekarang memiliki prioritas lebih pada pertumbuhan) dan untuk melaksanakan perubahan. Mereka sering menentukan target tinggi karena mereka menduga organisasi tersebut  “besar” atau karena mereka ingin mempersiapkan nasionalisasi untuk mengganti manajer. Mereka juga menentukan target tinggi untuk menghukum manajer memperoleh bonus tinggi pada periode sebelumnya hanya didasarkan pada keberuntungan bukan karena hasil usaha mereka sendiri.
Kemungkinan lain dari penentuan anggaran target-setting adalah untuk menentukan berbagai tingkat target, seperti optimistik, realistik, dan kasus yang buruk, ketika masing-masing didesain untuk melakukan tujuan anggaran yang berbeda (motivasi, perencanaan, atau pengendalian). Hal ini adalah pendekatan yang berfokus pada anggaran untuk contingency, scenario atau what-if planning.  Kunci penekanan pada pendekatan-pendekatan itu adalah mencoba untuk mengarahkan, disisi lain untuk  memastikan bahwa penentuan target cukup fleksibel untuk memasukkan ketidakpastian (untuk membuat tujuan perencanaan), sementara disisi lain, mencoba untuk mempertahankan efek motifasi dari efek yang tetap (untuk mencoba memenuhi tujuan motivasional dan pengendalian).

Seberapa besar seharusnya pengaruh bawahan dalam menentukan target mereka?
Masalah penting lainnya dalam mendesain sistem pengendalian hasil keuangan ketika target dinegosiasikan adalah dimana pengaruh bawahan diizinkan dalam penentuan target mereka, untuk seberapa luas seharusnya proses perencanaan dan penganggaran menjadi top-down atau bottom-up? Beberapa organisasi bersandar pada proses penentuan target setting bottom-up pada level manajerial. Memperbolehkan karyawan untuk berpartisipasi dan memiliki pengaruh pada proses pentuan target kinerja mereka dapat memberikan beberapa manfaat.
Keterlibatan pada penentuan target meningkatkan komitmen manajer pada pencapaian target. Mereka yang secara aktif terlibat dalam proses penentuan target kinerja lebih mungkin untuk memahami mengapa target tersebut bisa ditentukan pada tingkatan mereka. Hal tersebut membuat mereka lebih mungkin untuk menerima target dan akan berkomitmen terhadap pencapaian mereka. Manfaat kedua adalah berbagi informasi. Seperti yang didiskusikan sebelumnya, penentuan target pada sebagian besar perusahaan melibatkan proses pembagian informasi mengenai kemungkinan bisnis setempat, tujuan perusahaan, dan sumber daya. Manajer yang dekat dengan bisnis lokal dapat memberikn informasi yang bermanfaat pada atasan mengenai potensi bisnis dan risiko. Manajer perusahaan dapat memberikan informasi mengenai prioritas perusahaan dan kendala. Manajer ketiga adalah kongnitif memperbolehkan partisipasi dalam penentuan target memberikan manfaat dari penjelasan yang diharapkan dan mendorong manajer untuk berfikir mengenai bagaimana cara terbaik untuk mencapai targetnya.
Bagaimanapun juga, semua karyawan dan bukan saja semua manajer, seharusnya selalu memilki keterlibatan yang tingggi dalam proses perencanan dan penganggaran, kususnya penentuan target kinerja. Situasi ketika proses penentuan target dapat diselesaikan secara efektif dalam cara top-down yang dominan melibatkan tahap berikut. Pertama, target dapat secara efektif berasal dari proses top-down ketika manajemen perusahaan memiliki pengetahuan yang mencukupi dari prospek bisnis entitas dan masalah untuk menentukan target kinerja yang menantang, atau ketika manajer perusahaan memilili pengetahuan yang mendasari asumsi pengetahuan yang dimiliki seluruh manajer. Hal ini pada umumnya terjadi ketika aktivitas yang diberikan atau operasi yang diprogramkan; ketika target dapat direkayasa  atau secara eksklusif ditentukan dari kecenderungan secara historis. Terkait dengan hal tersebut, penegetahuan dapat mencukupi untuk menentukan target kinerja ketika manajer perusahaan memiliki pemahaman yang bagus dari bisnis lokal, mungkin karena mereka semua melakukan ini dan kondisi tidak terlalu berubah. Meskipun demikian, ketika anggaran yang disiapkan tampaknya berupa proses top-down, manajer tingkat lebih tinggi memiliki pengetahuan, mereka berusaha lebih mempengaruhi keputusan akhir terkait target kinerja, seperti mereka mungkin kurang rentan untuk mendengarkan argumen bawahan (atau alasan) mengapa target kinerja tidak dapat dibangkitkan.
Kedua, penentuan top-down dapat diefektif ketika manajer dengan level lebih tinggi memilki cukup informasi yang tersedia mengevaluasi kinerja secara relatif. Sebagai contoh, mereka mungkin mengelola sejumlah besar dari entitas yang relatif homogen beroperasi dalam lingkungan yang stabil. Situasi ini ada pada beberapa industri, seperti pada perusahaan yang mengelola sejumlah besar dari konsep outlet eceran, termasuk restoran cepat saji, diler mobil, atau cabang bank.
Ketiga, penentuan target top-down dapat menjadi efektif, dan bahkan lebih disukai ketika manajer tingkat bawah tidak paham mengenai penganggaran. Penentuan target top-down biasanya umum dilakukan pada bisnis kecil hanya untuk alasan ini. Manajer operasi bisnis kecil seringkali secara teknik memiliki keterampilan, tetapi pendidikan mannajemen dan keuangan serta pengalaman mereka mungkin terbatas.
Keempat, penentuan target top-down seharusnya lebih disukai manajer level yang lebih bawah berfikir adanya batasan secara disfungsional pada pencapaian secara historis. Manajemen perusahaan mungkin mengetahui bagaimana menentukan standar terkait dengan model kurva pembelajaran yang terbukti akurat pada masa lalu atau memnegtahui bahwa teknologi baru akan menyebabkan perubahan struktural dalam bisnis sehingga standar kinerja secara historis telah usang.
Jadi, penentuan target top-down dapat digunakan untuk mencoba mengurangi bias pada manajer level bahwa yang cenderung untuk menyampaikan ide-idenya dalam proses penganggaran. Prasangka ini dapat membawa organisasi pada penetapan kinerja baik itu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diinginkan. Sebagian besar manajer operasi memiliki prasangka konservatif dan mereka menggunakan kesempatan untuk terlibat dalam proses penentuan target untuk menentukan target yang lebih rendah. Target yang lebih rendah menaikan kemungkinan pencapaian target, menaikkan potensi imbalan manajer, dan memungkinkan mereka untuk mencapai target mereka dengan usaha yang lebih sedikit. Akan tetapi, beberapa manajer operasi, khusunya pengusaha dan manajer yang berorientasi pada penjualan, mungkin memiliki prasangka optimis. Beberapa manajer menginginkan tantangan yang akan memberikan mereka perasaan berprestasi. Beberapa yang lain memberikan tanda pada atasan mereka bahwa mereka agresif, mungkin untuk bersaing demi sumber daya tamabahan.
Sering kali manajer puncak dapat mengendalikan prasangka. Mereka dapat mendorong manajer yang memiliki reputasi yang lebih besar untuk mengatakan hal yang benar, atau mereka dapat mengimplementasikan beberapa bentuk truth-inducing incentive system. Truth incentive system memberikan imbalan  pada manajer untuk kinerja tinggi dan meminimalkan penyimpangan antara kinerja aktual dan target. Dengan sebuah sistem, manajer dimotivasi untuk menentukan target kinerja yang tinggi dan untuk mencapainya, sehingga mengatasi gejala umum terhadap konservatisme dalam penentuan target. Literatur profesiaonal jarang menyebutkan atau mendiskusikan hal-hal seperti skema, bagaimanapun juga, disarankan bahwa mereka tidak umum dilakukan dalam pratik.
Sementara penentuan target top-down memiliki keuunggulan dalam beberapa penentuan, organisasi yang bersandar pada tipe proses ini seharusnya menjadi berhati-hati untuk tidak mengorbankan terlalu banyak manfaat proses bottom-up. Mungkin yang penting adalah mereka berisiko kehilangan komitmen manajer untuk mencapai target. Manajer perusahaan mungkin menentukan target yang mampu dan secara konsisten bekerja keras untuk dapat mencapai kemungkinan yang lebih tinggi, tetapi jika diminta untuk mencapai target yang tidak membagikan persepsi pencapaian, mereka mungkin menjadi kecewa. Hasil dari kurangnya motivasi mungkin membawa pada rendahnya kemungkinan pencapaian, yakni ketika persepsi menjadi kenyataan

PRATIK PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN, SERTA KRITIK YANG ADA
Cara ketika sistem perencanaan dan penganggaran digunakan mereflesikan hasil dari sejumlah besar desain manajemen dan keputusan implementasi. Sistem perencanaan dan penganggaran dapat bervariasi dalam horizon perencanaan. Sebagian besar horizon perencanaan perusahaan berjangka pendek; satu tahun atau kurang (34%). 2-3 tahun (20%), 4-5 tahun (38%), dan lebih dari 5 tahun (7%). Salah satu faktor horizon perusahaan adalah lamanya siklus bisnis;lag antara investasi dan prmbayarannya. Perusahaan dalam industriyang berdeba memiliki horizon rencana yang sangat berbeda. Dalam industri yang memanfaatkan kekuasaan, sebagai contoh, sering kali rencana berada jauh dari masa depan, bisa setahun atau lebih. Perusahaan dalam industri eceran, bagaimanapun juga, mungkin memerhatikan waktu satu atau dua tahun dan dianggap sudah memadai. Kunci lain untuk menentukan horizon perencanaan yang teapat adalah ketidakpastian. Terkadang masa depan sangat tidak sehingga rencana jangka pendeklah yang dapat dibuat. Sebagai contoh, perusahaan dalam industri mode mungkin hanya dapat merencanakan satu atau dua musim ke depan.
            Ada beberapa variasi pada seluruh perushaan dalam penetuan waktu dan waktu yang dikhususkan untuk perencanaan dan penganggaran, dengan lebih banyak variasi pada bagaimana perusahaan berjalan dalam rencana jangka panjang dibandingkan dengan bagaimana mereka melakukan anggaran mereka yang lebih mengikuti standar polanya berulang setiap tahun pada sebagian besar perusahaan. Sebagian besar perusahaan memulai proses penganggaran mereka empat sampai enam bulan sebelum tahun fiskalnya berakhir dan menyelesaikan dua bulan terakhir. Pada sebagian besar proses penganggaran membutuhkan sekitar empat bulan untuk menyelesaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa penganggaran menghabiskan waktu dengan porsi kecil dari seluruh waktu yang penting pada masing-masing tahun dari beberapa manajer dan karyawan mereka dalam posisi lini dan staf. Ketika anggaran telah ditetapkan, perusahaan tampaknya tidak akan merevisinya selama setahun untuk tujuan evaluasi, meskipun mereka biasanya meminta manajer untuk mencapai target anggaran yang asli dan tidak memerhatikan bagaimana kondisi bisnis yang dihadapi.
            Penganggaran itu memakan biaya yang mahal, khususnya jika dikaitkan dengan manajemen waktu. Tidaklah umum untuk mendengar seorang manajer mengeluh atas waktu yang telah dihabiskan untuk anggaran, sehingga mereka memiliki waktu yang lebih sedikit untuk melakukan pekerjaan lain. Mereka tidak pernah berhenti menganggarkan! Mereka mengatakan, sulit untuk membayangkan cara untuk menjalankan yang lebih besar, organisasi desentralisasi dengan struktur pelaporan yang kompleks yang pasti memiliki kebutuhan yang tinggi untuk koordinasi dan yang terutama dikelola oleh sejumlah (menggunakan pengendalian hasil) melalui pendekatan manajemen pengecualian. Meskipun demikian, beberapa ahli menyarankan bahwa perusahaan seharusnya mencoba untuk mengarah pada “beyond budgeting”.
            Pada beberapa tahun terakhir, sesungguhnya ada serangkaian kritik untuk proses perencanaan dan penganggaran, termasuk diantaranya adalah sebagai berikut.
·         Proses perencanaan dan penganggaran penuh dengan politik dan “gameplaying”;
·          Hanya menghasilkan peningkatan pemikiran, sedikit modifikasi untuk persiapan rencana dan anggaran dalam periode terdahulu, dan tidak responsif terhadap tantangan hari ini ketika ekonomi bergerak dengan cepat;
·         Memusatkan kekuatan dalam organisasi dan melumpuhkan inisiatif;
·         Memisahkan perencanaan (pemikiran) dari eksekusi (pelaku);
·         Menyebabkan terlalu banyak biaya untuk manfaat yang terlalu sedikit.
Kritik yang ada memberikan sejumlah saran untuk perbaikan. Beberapa saran ini untuk modifikasi yang reltif sedikit pada proses perencanaan dan penganggaran tradisional, seperti perbaikan rencana yang lebih sering (proses rolling plan) atau menggunakan standar kinerja relatif daripada menganggarkan standar dalam mengevaluasi kinerja dan penyediaan insentif. Beberapa kritik digunakan secara lebih jauh dengan meminta pada manajer untuk meninggalkan penganggaran tradisional untuk berubah menjadi “beyond-budgeting”.
Salah satu cerita keberhasilan budgetting-abandontment yang dikutip dari bebrapa kritik dari Swedia-Svenska Handelsbanken, yang menghilangkan anggaran pada tahun 1972 dan tidak pernah menggunakannya lagi. Svenska Handelsbanken tidak memilikiproses penganggaran tahunan dan tidak menghasilkan anggaran; meskipun mengevaluasi kinerja bank dan manajernya dengan cara membandingkan mereka dengan kinerja pesaing sebagai kunci dimensi kinerja, seperti return on capital, rasio cost to income, dan laba per karyawan. Svenska Handelsbanken telah sukses mengelola perusahaan tanpa anggaran, meskipun selama krisis keuangan dan ekonomi pada 2008, hal ini harus diingat, sebagian besar perusahaan tidak berada dalam industri yang entitasnya homogen seperti perbankan. Oleh karena itu, beberapa perusahaan tidak memiliki data kinerja tersedia yang relatif bagus. Lebih jauh lagi, Svenska Handelsbanken tetap terikat pada beberapa standar perencanaan dan elemen penganggaran dijelaskan diatas untuk memenuhi semua tujuan, lebih dari motivasi, seperti perencanaan, koordinasi, dan memfasilitasi kesalahan manajemen puncak.
Kritik tersebut memang benar karena beberapa proses perencanaan dan penganggaran pada banyak perusahaan memang tidak efektif. Mendesain dan mengimplementasikan sistem perencanaan dan penganggaran merupakan hal yang kompleks dan sulit. Tujuan yang dibutuhkan sistem sering kali berlawanan dan mengharuskan beberapa tradeoff yang sulit. Kondisi bisnis rentan bergeser sehingga sulit untuk menyesuaikan rencana dan anggaran dengan cepat. Dalam beberapa kasus, sering kali kontraprduktif untuk menentukan target kinerja karena mereka tidak perlu berfokus pada karyawan secara sempit, dan mendorong pengambilan risiko yang tidak etis atau earning management (akan dibahas pada Bab 15). Sebagai contoh, pada awal 2000-an, General Motors menentukan tujuan untuk mencapai 29% dari pangsa pasar yang tidak dapat diraih pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk menguatkan tujuan ini, karyawan mulai menggunakan pin pada kerah dengan tulisan 29. Oleh karena terpaku pada target ini, manajer membuat serangkaian keputusan buruk, seperti mencoba untuk membeli pangsa pasar dengan menawarkan insentif yang banyak pada konsumen, sehingga membawa pada ambang kebangkrutan.
Semangat dari model manajemen beyond-budgeting dapat terlihat mungkin sekadar sebagai filosofi manajemen dibandingkan dengan sebuah masalah mengenai perencanaan dan penganggaran, atau perencanaan dan penganggaran sendiri. Ini merupakan sebuah tujuan kunci, meskipun untuk meningkatkan kemampuan adaptasi organisasi. Perusahaan yang mengikuti prinsip beyond budgeting cenderung memiliki struktur organisasi yang sederhana (atau dengan tujuan menyederhanakan), hierarki yang datar (atau tujuan untuk membuatnya menjadi lebih datar, hierarki yang lebih sedikit)dan fleksibilitas jaringan antara rekan kerja digunakan untuk memberikan dan menukarkan data benchmarking dan membagi praktik terbaik. Mereka beroperasi dengan asumsi bahwa organisasi, seperti sistem alamiah, mampu mengorganisasi dan meregulasi diri sendiri. Manajer mereka tidak memerlukan negosiasi untuk penentuan target kinerja, seperti yang dilakukan pada sistem penganggaran tradisional. Alokasi dari sumber daya didorong karena sebuah peristiwa bukan karena kalender. Alokasi sumber daya tidak diperlakukan sebagai sesuatu hal yang harus dihabiskan. Karena tidak terkendala oleh rencana yang tetap dan kuno, pekerja berusaha untuk memperbaiki kinerjanya sesuai dengan teman kerjanya atau beberapa benchmark lainnya. Kreativitas dan respons yang cepat untuk kebutuhan konsumen dan kejadian yang tidak dapat diprediksi didorong untuk dimunculkan. Bagaimanapun juga, perlu berhati-hati dalam mengadopsi beyond budgeting karena beberapa prinsip yang diabaikan oleh yang lain dapat membawa hasil yang tidak memuaskan. Hal yang sederhana misalnya yaitu tidak adanya “quick fix” ketika perbaikan pada kemampuan adaptasi organisasi dan responsif meningkat secara tidak pasti dan lingkungan menjadi bergejolak. Untuk memperbaiki desain sistem perencanaan dan penganggaran, manajer harus mengenal semua tujuan, sehingga sistem dapat digunakan dan dipilih kombinasi yang terbaik dari elemen sistem untuk pengaturan mereka sendiri.
            Model beyond budgeting telah dikembangkan, disebar, dan digunakan pada beberapa organisasi lainnya di seluruh dunia, termasuk Nokia, Southwest Airlines, Statoil, Toyota, dan Whole Food Market. Banyak yang mengatakan bahwa beberapa organisasi terus memerhatikan anggaran sangat diperlukan, meskipun beberapa dari mereka juga secara terus-menerus berusaha membuatnya menjadi lebih efektif.
KESIMPULAN
Sistem perencanaan dan penganggaran secara potensial menjadi alat manajemen yang sangat bermanfaat yang memberikan beberapa tujuan. Mereka memberikan cara untuk mengonversi visi manajer ke dalam serangkaian taktik yang terorganisasi dan dipergunakan di seluruh organisasi. Memberikan standar yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan organisasi atau progress. Mereka juga memiliki beberapa implikasi perilaku, seperti terkait dengan usaha menginvestasikan pemikiran mengenai masa depan dan komitmen untuk mencapai target kinerja.
            Banyak kritik mengenai sistem perencanaan dan penganggaran, seperti yang dibuat khusus yang disebut dengan pergerakan beyond budgeting pada kekurangan negosiasi target kinerja. Memang benar bahwa mengizinkan negosiasi target memiliki kelemahan. Proses negosiasi membutuhkan biaya yang mahal, khususnya dalam pengelolaan waktu. Hal itu disebabkan perusahaan yang ingin untuk terikat dalam proses yang relatif tidak sering, biasanya bersifat tahunan. Target yang telah ditetapkan lebih jauh dapat dengan mudah menjadi usang, biasanya dalam lingkungan yang berubah dengan cepat. Lebih lanjut lagi, negosiasi dari target dapat juga meningkatkan “gameplaying”, seperti keengganan untuk membagi informasi pribadi sehingga dapat menciptakan anggaran yang longgar dan memaksimalkan pembayaran insentif yang dikaitkan dengan pencapaian target.
            Negosiasi target tetap memiliki keunggulan seperti yang telah dijelaskan pada bab ini.meskipun anggaran tahunan memperoleh kritikan karena menginduksi perilaku “gameplaying” dan ketidakmampuan manajer untuk memenuhi kebutuhan dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, bukti menyarankan bahwa mereka tetap menyebarkan penggunaan dan terus memainkan peran penting dalam koordinasi dan memotivasi tindakan dan perilaku karyawan.
            Bagaimanapun juga, hanya karena organisasi mempersiapkan sebuah rencana bukan berarti hal ini menyebabkan perencanaan yang bermanfaat. Banyak kritik mengenai rencana strategis yang terlalu birokratis dan kuantitatif. Sering kali perencanaan disiapkan tetapi tidak digunakan; mereka hanya mengambil ruang. Untuk membuat rencana menjadi efektif, mereka harus menyesuaikan kondisi bisnis perusahaan yang dihadapi sehingga dapat digunakan panduan yang konstan untuk tindakan karyawan. Rencana yang ada juga seharusnya juga menetapkan pertanggungjawaban dan akuntabilitas untuk kinerja. Hal ini merupakan peran penting untuk anggaran. Anggaran berubah menjadi rencana untuk target kinerja yang memengaruhi motivasi karyawan, biasanya karena target sering kali berkaitan dengan evaluasi kinerja dan imbalan, yang kami diskusikan pada bab berikutnya.

***********************
Yukk yang mau download materinya bisa klik link dibawah ini ..

No comments:

Post a Comment